Aku, Tuhan, dan Jantung

on Rabu, 20 Juni 2012
hello, tahun berapa ini? oh ya 2012 , dan Umurku sudah 16 tahun, ya mugkin kalian sudah bosan melihatku menyebutkan umurku.
 hari ini aku bercermin, dan kulihat seorang perempuan, dengan dada yang tak lagi rata, dibalut dengan dandanan ala remaja, rambut yang dikuncir, pipi yang menggembung, dan aku bergumam "oh tuhan, haruskah aku jadi sebesar ini?" maksudku bukan hanya besar tubuhnya, atau besar ukuran dadanya. Tapi semuanya, semua yang ada pada diriku ikut membesar, hati, pikiran, dan semuanya. 
 tuhan, sungguh, ini terlalu cepat. ketika aku sibuk dengan urusan-urusan remajaku, aku sibuk bertambah besar, aku sibuk dengan sekolahku, pacarku, temanku, organisasi-organisasiku, sampai aku pun mulai melupakan, ayah dan ibuku pun sibuk bertambah tua.
aku tak pernah menyadari itu, sampai akhirnya suatu hari ibuku mengeluh di Minggu malam"bunda sakit nih, kayanya sih tipus, tapi gausah dirawat, dirumah juga gakpapa" aku hanya mengangguk dan pergi tidur, ketika aku bangun ku liat blackberry ku, ada pesan "bunda dirumah sakit ya nak, bunda di rawat, ngga kuat" aku masih bersantai di kasurku, tapi kemudian aku mulai resah, aku meresahkan bagaimana kalo beliau belum juga sembuh sampai hari Rabu? bisa-bisa rencanaku untuk ke Dufan bersama teman-temanku gagal. dan ya benar, Rabu pun datang, namun beliau belum juga sembuh, dan akhirnya aku men-cancel acara jalan-jalanku, waktu terus berputar, dan kondisinya tak kunjung membaik, malah semakin buruk, sampai suatu pagi, beliau diharuskan masuk ke ruangan intermediete di karenakan jantungnya yang kian melemah. aku pun masih santai hari itu, aku pulang kerumah dan mandi, tidak bertanya apapun soal kondisi beliau. Ayah memutuskan untuk memindahkan beliau ke rumah sakit yang lebih baik.
 dan disinilah cerita dimulai, aku menjenguknya diruangan penuh alat, jujur saja, aku takut, itulah mengapa aku tak pernah mau jadi dokter. aku melihat perempuan yang tak lagi muda ini tergolek tak berdaya, rambutnya tak lagi hitam pekat, aku pun mengutuk diriku sendiri. aku pulang, dan mengambil wudhu, sholat sepanjang malam, berdoa diiringi air mata penyesalan. ku sebut namanya disetiap doaku, aku memohon pada tuhan untuk menyelamatkannya sekali lagi. aku pun mulai memikirkan hal-hal yang bisa kuberikan untuknya, seperti mendonorkan jantungku untuknya. dan tuhan menjawab doa ku, beliau sembuh, walau belum sepenuhnya, setidaknya, dokternya bilang ini hanya masalah waktu, sampai akhirnya dia akan kembali ke kondisinya yang dulu.
kupikir ini sudah selesai, sampai akhirnya suatu hari, beliau yang habis pulang kontrol  memanggilku ke dalam kamar, matanya sudah basah, dan rasanya aku seperti mau mati disana, beliau diduga mengidap jantung koroner, dan secepatnya harus dioprasi, dokternya telah menjelaskan dari mulai keberhasilan, sampai hal terburuk yang akan terjadi. aku mendengarkan, tak berbicara sepatah kata pun, hanya air mata yang menetes menemani hati yang terus-terusan mengutuk pribadi yang tak tahu diri. Beliau menyentuh pipiku dan berkata "tapi bunda kan masih mau lihat kamu di wisuda, bunda mau lihat kamu jadi orang sukses dulu, jadi, bunda akan lawan" aku terdiam, kemudian aku keluar dari kamarnya dan masuk ke kamarku. memori masa kecilku terputar, bagaimana dia sangat sayang padaku, tapi aku? aku tak pernah membuatnya tersenyum. dan mulai detik itu, aku berjanji tidak akan menyia-nyiakan kesempatan bersamanya, walau hanya sedetik.
semuanya berubah, aku mulai rajin beribadah, aku pulang tepat waktu, mengobrol dengannya sepanjang sore, tidur siang bersamanya, pernah suatu waktu ada suatu acara disekolahku yang mengharuskan aku pulang lebih lama. beliau pun mengirim pesan ke blackberry ku "Anak cantik Bunda kok belum pulang?" "ada acara bun disekolah, aku lagi minta izin keluar" "yasudah , nggak papa Bunda tidur sendiri dulu siang ini " dadaku langsung sesak, entahlah, aku hanya ingin pulang, dengan menahan air mata, aku memohon pada pihak panitia untuk diizinkan pulang, dan akhirnya aku pulang, sepanjang jalan aku menangis, entahlah sudah berapa detik yang kulewatkan hari ini untuk membuatnya senang. ketika aku sampai rumah, dia tengah tidur, dan aku pun merebahkan diriku disampingnya, aku tertidur.
Sebulan berlalu, akhirnya dia memutuskan untuk mengikuti saran dokter, mengoprasi jantungnya, setelah semua usaha yang kami lakukan untuk membuatnya merasa sehat, dan disinilah kami, malam sebelum beliau pergi kerumah sakit, aku tidak bisa tidur, bagaimana kalau ini tidak berhasil? jadi apakah aku tanpa dia? akhirnya aku terlelap dengan bantal yang basah. keesokan paginya, kutemukan dia di ruang makan, entah, sepertinya habis menangis. Kami berpelukan, dan dia berbisik pelan "doakan bunda nak, sekolah yang rajin, jadi kebangaan bunda, bunda mau kamu lulus dan cepet diwisuda" aku menahan nafas dan mengangguk pelan, dia pun berangkat ke rumah sakit, aku pun pergi ke sekolah. 
sekitar pukul 12 siang, aku mulai resah, seharusnya aku sudah dapat kabar dari 2 jam yang lalu, namun tak ada kabar sama sekali. aku tetap mencoba untuk tenang.  hingga akhirnya pukul 3 sore, ayahku menelpon ku, dan dia berbicara panjang lebar, istilah-istilah yang tak ku mengerti pun bermunculan, dan aku hanya diam, marah, ingin berteriak, saat itu aku merasa tuhan sangat membenciku.
Bundaku mengalami pendarahan di jantungnya, aku tidak menangis, tapi aku sesak nafas, aku ingin bertemu tuhan dan memakinya, tapi akhirnya aku kembali ber-istighfar. sebelum maghrib, dengan wajah yang kumel, aku bertemu dengan tanteku, dan dia, dengan caranya yang lembut, memberi tahuku bahwa bundaku baik-baik saja, namun dia akan lebih lama dirumah sakit. aku agak sedikit lega, aku berbisik "tuhan, tolong. jangan ada kabar buruk lagi" 
ya, ini adalah mu'jizat tuhan, pernah membayangkan jika jantung mengalami pendarahan? ya mungkin satu-satunya yang terbayang adalah kematian. namun tidak, tuhan memberikan 1 kesempatan untuk Bundaku, dan juga untuk aku, supaya aku lebih mengingat bahwa Bundaku  itu sangat penting untukku.
sekarang, beliau menggunakan alat pacu jantung, semacam batreai yang dipasang di jantungnya, yang membuat jantungnya tetap bekerja dengan baik, seperti robot kah? ya memang, tapi hanya itu satu-satunya cara. Kadang kami tertawa berdua jika mengingat bahwa ada batreai yang dipasang di jantung bunda,dan itu juga yang membuat kamu termenung berdua, mengingatkan kami bahwa tuhan memang baik, dia menyelamatkan hidup bunda, menyelamatkan hidupku. dan mulai sekarang, tak ada alasan bagiku untuk tidak mencintai tuhanku, Allah S.W.T:)

selamat malam, cintailah orang tuamu, karena ketika kamu sibuk tumbuh besar, mereka pun sibuk bertambah tua:)